seperti kavling perumahan, halaman dalam majalah memiliki keterbatasan yang tak bisa disiasati. kebutuhan visual acap kali membuat hasil wawancara terbuang percuma dalam keranjang sampah editor. blog ini adalah tempat saya menyimpan versi lengkap tulisan sebelum masuk ke meja editor. sebab, setiap perbincangan selalu mengandung banyak hal berharga yang sangat sayang kalau dibuang...
Senin, 08 Februari 2010
DIMENSI DINAMIS SHIERLY NANGOY
Pergerakannya di dunia kecantikan tak mengungkungnya hanya dalam satu dimensi saja.
Di balik perjalanan panjang produk perawatan rambut Makarizo meretas pasar, ada seorang perempuan cantik yang bekerja penuh cinta. Shierly Nangoy. Cintanya yang demikian besar pada kecantikan, membuat perempuan Leo ini menyerahkan diri utuh-utuh pada segenap kesibukan yang membuatnya hanya punya sedikit sekali waktu untuk dirinya sendiri setiap hari. “Me time saya adalah satu jam membaca buku sebelum tidur,” katanya. Dan itu cukup baginya untuk me-recharge energi dan kembali bergumul dengan segala meeting dan perjalanan bisnis keesokan harinya dengan tubuh segar dan binary wajah benderang. “Kerja saya baru mereda pada Jumat sore. Hari lainnya, tak jarang saya melakukan meeting bersamaan di tiga ruang di kantor kami,” katanya sambil tergelak menceritakan harinya yang padat. Shirley seperti tak punya kata lelah dalam kamusnya. Energi positif meruap dari binar wajahnya yang selalu benderang. “Saya selalu percaya, alam akan menangkap apa yang kita pikirkan,” ungkapnya mantap.
Keyakinan yang terbukti mampu mempercepat guliran roda bisnis Makarizo yang kini menjadi salah satu pemain penting dalam dunia perawatan rambut di Indonesia. Sebelas tahun silam, Shierly bergabung dengan perusahaan perawatan rambut yang tengah ingin melakukan pemetaan ulang produknya di kancah kecantikan tanah air. Ketika itu, Makarizo, produk yang meski sudah cukup lama dibawa masuk ke Indonesia, belum juga berhasil ‘menyisir’ pasar dan menjejakkan citranya secara ajeg. Produk perawatan yang formulasinya dibuat sebuah perusahaan farmasi Jerman itu seperti selalu menginjak lahan gambut yang labil hingga sulit untuk menanam dan membiakkan bisnisnya. “Saat itu, perusahaan kami masih sangat kecil. Saya harus berjalan dengan hanya sekitar 14 karyawan,” ungkap Shirley mengenang. Dengan hanya memiliki 18 varian perawatan, Makarizo kala itu memang menjadi bukan siapa-siapa di tengah arena kecantikan yang mulai banyak diisi pemain lain, baik produk lokal maupun internasional.
Alih-alih gentar, Shirley justru menganggap ‘kekecilan’ perusahaannya sebagai sebuah keuntungan. “Kami bisa bekerja dengan lebih solid dan kompak,” katanya. Berangkat dengan ilmu manajemen hasil kuliah di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, ia percaya, hanya inovasi yang bisa mengentaskan Makarizo dari pinggir arena. Shierly juga meyakini bahwa setiap hal dalam hidup memiliki keunikan masing-masing, begitu juga ketika bicara tentang sebuah produk. “Dalam bayangan saya, inovasi juga tidak melulu sekadar persoalan teknologi. Bicara tentang perawatan rambut, formulasi tentu jadi jualan utama. Pergerakan inovasi sudah pasti jadi indikasi kemutakhiran sebuah produk. Jadi ini tidak bisa diganggu gugat, harus dimiliki Makarizo,” katanya. Yakin dengan daya saing formulasi dan teknologi yang dimiliki produknya, Shierly lantas beranjak menuju ruang lain yang menurutna juag penting dikembangkan. “Kami lalu mencoba membuat riset untuk mengetahui consumer behavior yang tentu akan sangat membantu kami membaca peta pasar,” ungkapnya.
Maka ia berdayakan tim kecilnya itu untuk melakukan kerja-kerja besar untuk mengejar target yang ia dan perusahaannya canangkan. “Saya bilang saat itu, yang paling mungkin kami lakukan adalah membuka pasar baru bagi Makarizo, dan bukan merebut pasar produk lain,” katanya mengenang. Dengan hanya satu trainer yang dimiliki, Shierly yang pada 1998 itu menjabat sebagai general manager, memberanikan diri menggelar pelatihan buat pemilik salon yang menggunakan produk mereka. “Namanya masih baru, susah sekali mengajak orang ikut pelatihan yang kami adakan. Jangankan setengah dari jumlah peserta satu pelatihan sekarang yang bisa mencapai 500 orang untuk tiap event, 100 orang saja tidak sampai. Itu pun kami harus juga menjemput mereka ke tempat,” kisahnya diiringi tawa. Konsistensi yang pantang menyerah itu nyatanya berbuah. Peluang yang ada memang harus dijawab bukan hanya dengan asset perusahaan semata. “Harus ada misi yang mengedepankan nilai kemanusiaan. Sebab, kami memang membutuhkan semangat banyak sekali orang untuk menggulirkan terus roda bisnis ini,” katanya.
Lewat slogan Funtastic yang dipilih sebagai penyemangat, Shierly bergerak. “Kerja hanya jadi menyenangkan bagi semua orang ketika ada kemajuan bersama yang bisa diraih. Bukan cuma soal menaikkan omset penjualan dan mendapat laba sebanyak-banyaknya,” kata ibu tiga anak kembar –Nicole, Stephanie, dan Alexander- ini. “Kami selalu berupaya menjadikan kerja sebagai sesuatu yang menyenangkan bagi setiap orang. Tim kecil dan tim besar sama saja, fun itu menjadi keharusan. Tidak boleh kerja hanya menyenangkan dalam tim kecil. Bahkan dengan tim besar pun harus sama menyenangkannya,” ungkapnya. Lalu apa makna Funtastic yang ia terapkan? “Selain fun, kerja juga harus didukung elemen lain untuk bisa mencapai hasil maksimal, yakni trust worthy, attitude yang harus dilandasi pola piker positif, dan self motivation. Team work juga merupakan hal penting yang harus dijaga. Harus ada penghargaan yang layak, yang akan membuat semua orang dalam tim merasa dihargai, sekecil apa pun perannya. Setelah itu, Innovation dan Communicate precisely yang kalau digabungkan akan membentuk tim yang Funtastic,” katanya menjelaskan filosofi kerja ia dan timnya.
Shierly sangat percaya bahwa semua orang baik, dan akan memberikan yang terbaik pula bila dihargai secara layak. Maka, perempuan yang pernah bekerja di Sinar Mas dan Sariayu ini mengaku sudah sejak lama membuang kata tersinggung dari kamus hidupnya. “Saya yakin, kalau mau dilatih, hati kita bisa sangat lentur menerima apa pun yang masuk ke dalamnya,” katanya. Bukan hal mudah tentu. Tapi ia punya kiat jitu menghalau rasa tak nyaman yang dating ketika ada banyak hal di luar dirinya yang membuat ia gusar. “Saya melatih kemampuan saya melihat segala hal secara dimensional. Dimensi itu bisa detail dan global, past, present, dan future, juga persamaan dan perbedaan. Latihan ini sejauh yang saya rasakan, membuat saya sangat fleksibel memandang sesuatu,” katanya. Hal lain yang ia rasakan sebagai manfaat berlatih melihat dimensi itu adalah hidup yang menjadi ringan tanpa beban stres. “Karena kita jadi mudah mengadjust kondisi tidak ideal menjadi ideal,” sambungnya.
Berhasil membawa Makarizo sejauh ini, Shierly seperti membuktikan bahwa ada sedikit pandangan keliru tentang langkah pertama. Umumnya, orang meyakini kalau langkah pertama adalah yang utama, yang sangat menentukan sukses tidaknya sebuah pekerjaan. “Pengalaman saya di sini membuktikan bahwa langkah pertama bukan segalanya. Dengan konsistensi dan inovasi yang secara tekun dilakukan, langkah pertama yang kurang tepat bisa diperbaiki dengan hasil pencapaian yang di luar dugaan,” jelasnya. Baginya, daya tahan menghadapi tantangan merupakan hal yang sangat berpengaruh. “Berhenti berarti mundur. Bukan karena berjalan ke belakang, melainkan karena orang-orang di sekitar kita bergerak maju melampaui posisi kita berdiri,” katanya sedikit berkias. Hal itulah yang lantas diterapkan perempuan yang kini menjabat Group General Manager di Makarizo untuk target perusahaan. “Harus selalu maju dengan inovasi yang konsisten. Berhenti berarti mundur dan saya sangat optimis kami bisa terus berjalan maju,” ucapnya mantap.
Pernah bekerja di perusahaan pulp and paper, membuat dunia kecantikan seperti surga baginya. “Bagaimana tidak, bergerak di bidang kecantikan membuat saya hanya bertemu yang indah dan menyenangkan sepanjang hari, semelelahkan apa pun,” tukasnya seraya tertawa. Ini pula yang ia akui menjadi amunisi semangatnya. Namun, kendati hamper selalu bekutat dengan hal-hal yang bersifat fisik, Shierly justru percaya bahwa kecantikan dan kesehatan sejati tertanam di dalam, dan bukan permukaan tubuh. “Semua perempuan bisa jadi cantik kalau dia mau bukan hanya menghias wajah dan tubuh, tapi juga mengisi hati dan jiwa. Semua harus dikembalikan ke dalam,” katanya tanpa maksud mereduksi arti penting perawatan kecantikan. Shierly sendiri, boleh jadi adalah pengejawantahan definisi cantik yang ia buat. Tubuh ramping bebas lemak –ini pernah dibuktikan ketika ia melakukan tes penghitungan lemak yang membuat petuga yang menghitung kadar lemaknya tercengang dan berpikir bagaimana ada tubuh perempuan yang berkadar lemak nihil-, kulit sehalus pualam, tatanan rambut dan rias wajah prima membuat penampilan Shirley layak mendapat nilai sempurna.
Ia mengaku tak punya resep apa pun. “Saya hanya berusaha makan dan tidur teratur, juga menghindari makanan berminyak,” katanya berbagi kiat. Jam tidurnya tetap dalam sehari, “Sesibuk apa pun, saya tidak pernah mengurangi jam tidur. Saya menetapkan enam jam sebagai waktu tidur. Tidak boleh kurang dari itu.” Selain itu, tidak ada upaya berlebih yang ia lakukan untuk menjaga kecantikan. “Kalau untuk kesehatan, saya juga rutin berenang,” cerita Shierly yang menyukai garis-garis sederhana busana rancangan Cavalli dan Marciano, serta sepatu dan tas Louis Vuitton. Untuk statemen fashion Shierly memang mengaku sebagai orang yang cenderung memilih gaya aman. “Saya agak konservatif terutama untuk pemilihan warna. Kalau nggak putih, pilihan saya akan jatuh pada hitam, coklat dan biru. Selain aman, warna-warna itu rasanya kok lebih cocok untuk kulit saya,” katanya serius. Namun bukan berarti ia anti tren. “Saya juga mengikuti perkembangan tren. Tapi saya memilih hanya yang pas buat saya dan itu adalah desain yang umumnya biasa-biasa saja. Bagi saya yang penting terlihat pantas dan rapi, karena ketika kita berpakaian rapi, kita bukan hanya menghargai diri sendiri, tapi juga orang lain yang kita hadapi,” jelasnya. Bila Shierly kebingungan mendefinisikan gaya busananya, Oktarina, public relation executive Makarizo yang juga dengan mudah menggambarkan penampilan atasannya sebagai sophisticated. “Selalu enak dilihat,” ungkap Rina tentang atasannya yang juga gemar belanja. “Saya senang cuci mata dan melihat barang-barang bagus. Mungkin ini sama seperti senangnya saya bekerja di dunia kecantikan. Semuanya bicara tentang hasil, “katanya ringan, diikuti tawa renyah.
Di luar penampilan, isi kepala juga selalu jadi salah satu perhatian utamanya. “Jangan Cuma penampilan yang dipikirkan. Pengetahuan baru juga harus selalu ditambah,” katanya. Itu sebabnya, ia tak pernah bisa melewatkan satu hari pun tanpa buku yang menemani ke mana pun ia pergi. Ia membaca apa saja, mulai dari buku marketing, leadership hingga spiritual. “Tiap orang pasti akan punya kebutuhan bacaan yang sangat personal, mengikuti perkembangan mereka. Dalam kasus saya, perkembangan itu juga terlihat jelas dan sangat saya sadari. Dulu saya suka sekali buku-buku marketing, lalu leadership dan sekarang spiritual. Pada satu titik, manusia memang akan selalu membutuhkan kelengkapan bagi jiwa dan hidupnya, kan?” tanyanya retoris. Di luar ‘me time’ satu jam sehari yang ia isi dengan ‘berkencan’ bersama buku-bukunya, Shierly menghabiskan waktu luangnya dengan bercengkrama bersama keluarga. “Membayar waktu saya yang lebih banyak habis untuk pekerjaan. Anak-anak juga makin besar dan makin lucu,” katanya tentang dua putri –Nicole, Stephanie- dan satu putra –Alexander- kembar yang ia peroleh lewat program bayi tabung. “Mereka sangat kritis dan seringkali saya dapat pelajaran dari interaksi antara saya dan anak-anak,” katanya.
Ia berkisah, ketika menonton film Christmas Carol bersama ketiga buah hatinya akhir November silam, Shierly yang takut ketiga anak kembarnya itu terpengaruh fantasi berlebihan dalam film itu mengajak mereka berdiskusi. “Saya waktu itu mengumpakan film itu seakan-akan menjadi sesuatu yang terjadi dalam dunia nyata. Tentang eksistensi hantu baik dan hantu jahat yang berasal dari orang baik dan orang jahat. Bukannya menyetujui pendapat saya, Nicole justru menyanggah saya untuk tidak percaya karena menurutnya itu hanya imajinasi dalam film saja. Saya jadi tertawa dalam hati, ternyata anak-anak lebih dewasa dari yang saya duga,” kisah Shierly yang mengaku tak repot punya tiga anak sekaligus. Meski sempat jeri, ia tak sempat lama mengalami rasa panic, “Soalnya bala bantuan segera dating begitu ketiga bayi saya lahir. Ibu, mertua dan adik saya berebut membantu merawat mereka,” kisahnya. Shierly memang tak perlu panik. Sebab hidupnya yang penuh dinamika senantiasa berputar dalam orbitnya. (Indah S. Ariani), Foto: Dennie Ramon, Pengarah gaya: Dany David, Rias wajah & rambut: Tim artistik Makarizo, Busana: Koleksi pribadi, Lokasi: Macaroon, Perenials, Plaza Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)