seperti kavling perumahan, halaman dalam majalah memiliki keterbatasan yang tak bisa disiasati. kebutuhan visual acap kali membuat hasil wawancara terbuang percuma dalam keranjang sampah editor. blog ini adalah tempat saya menyimpan versi lengkap tulisan sebelum masuk ke meja editor. sebab, setiap perbincangan selalu mengandung banyak hal berharga yang sangat sayang kalau dibuang...
Rabu, 16 Februari 2011
Dasa Warsa Pertama
Waktu selalu bergulir gegas. Dekade demi dekade sering berjalan tanpa terasa. Begitu pula yang dirasakan Biantoro Santoso, tentang Nadi Gallery yang didirikannya sepuluh tahun silam. Menandai dasa warsa pertamanya, Nadi meluncurkan sebuah buku yang mencatat jejak perjalanan galeri yang berada di bilangan Puri Indah ini. “Buku ini mungkin belum layak jadi acuan penting bagi yang mau mengaji secara serius soal galeri seni di Indonesia. Tapi bisa jadi sumber informasi tentang apa yang pernah dikerjakan dan dicapai oleh Nadi Gallery,” kata Biantoro tentang buku berjudul Tha Show Must Go On itu. Peluncuran buku ini ditandai dengan sebuah pameran yang sedikit keluar dari pakem Nadi selama ini. Kalau biasanya kami mengusung tema atau pendekatan tertentu dalam tiap pameran, kali ini kami membiarkan para seniman datang dengan ide mereka masing-masing, tanpa tema yang mengikat. Namun kami yakin, karya-karya yang tampil tetap bisa kita nikmati dan dijadikan acuan untuk membaca bagaimana perkembangan karya masing-masing seniman akhir-akhir ini.,” kata Biantoro lagi. Mungkin kita bisa menganalogikan pameran ini serupa sebuah pesta tanpa kode busana. Karena yang berjaya sejatinya bukanlah warna yang mengikat mereka, melainkan ide yang ada di baliknya. (ISA), Foto: Dok. Nadi Gallery
DUA DALAM SATU
Dua konser musik digelar di dua tempat berbeda di Kompleks Taman Ismail Marzuki pada tanggal unik 11 November 2010 silam. Di tanggal 11/11 itu, Orkes Simfoni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang sempat vakum selama hampir lima tahun, kembali membentuk kelompok yang terdiri atas mahasiswa, dosen dan alumni IKJ. Pentas perdana kelompok baru ini digelar di Teater Kecil. Mereka memainkan beberapa komposisi abadi Ismail Marzuki, dan komponis dunia lain seperti Hyden. Sementara itu, di Planetarium yang bersisian dengan Teater Kecil, digelar pertunjukan musik bertajuk 11.11 From Duality to Oneness: Diddi Agephe + Andy Ayunir. Duo musisi ini sejak lama dikenal sebagai pioneer dalam musik elektronik. Mereka berdua menampilkan 10 komposisi kompleks yang berkaitan dengan frekuensi, vibrasi, resonansi, dan kesadaran semesta. Repertoar yang mereka tampilkan malam itu, berawal dari kisah penciptaan semesta, berjudul Big Bang 14,000,000,000 BC – Universe Created dan dipungkas dengan 11.11 Cosmic Consiousness. (ISA), Foto: Dok. Diddi AGP
Langganan:
Postingan (Atom)