Kamis, 15 April 2010

KANTATA UNTUK HAK ASASI MANUSIA



Ananda Sukarlan, kembali membuka tahun dengan kantatanya. Kali ini ia beri tajuk Libertas. Setelah sukses kantata Ars Amatoria yang diusung dalam pergelaran Jakarta New Year Concert (JNYC) 2008, Ananda Sukarlan kembali dengan kantata lainnya di JNYC 2010, Januari silam. Lewat Libertas, Ananda tak lagi bicara cinta secara personal. Ia memasuki ruang yang lebih luas, dan bicara tentang kemerdekaan serta hak asasi manusia. Kendati bertutur tentang tema serius seperti itu, Ananda toh tak lantas membuat komposisi-komposisi yang sulit dinikmati. Komposer yang kini menetap di Cantabria Spanyol masih mendasarkan karyanya pada puisi-puisi penyair favoritnya, baik dalam mau pun luar negeri. Bila dalam pertunjukan perdana Libertas di ballroom Dharmawangsa Hotel pada November 2009 Ananda tampil dengan kelompok musisi dan paduan suara lebih sedikit, dalam pertunjukan ini, Andy, panggilan Ananda, memaksimalkan eksplorasi musikalitas lewat perpaduan cantik antara musisi dan paduan suara yang dalam jumlah dua kali lebih banyak. Aning Katamsi (sopran) dan Joseph Kristianto (bariton) tampil baik dalam beberapa komposisi. Kehadiran Paragita UI dan Paduan Suara ITB memungkinkan rentang irama yang dihasilkan menjadi sangat kaya. Dibuka dengan Rhapsodia Nusantara, dan Bibirku Bersujud di Bibirmu (Hasan Aspahani), konser ini menempatkan Libertas di bagian kedua setelah jeda. Kantata ini dibuka komposisi Bentangkan Sayapmu Indonesia! (Ilham Malayu), dilanjutkan I Understand the Large Hearts of Heroes (Walt Whitman), A Un Poeta Muerto (Luis Cernuda), Palestina (Hasan Aspahani), Ia Telah Pergi (W.S. Rendra), dan Kita Ciptakan Kemerdekaan (Sapardi Djoko Damono). Krawang Bekasi (Chairil Anwar) menjadi penutup cantata. (ISA), Foto: Dok. Yayasan Musik Sastra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar